Senin, 11 Februari 2013

Bigger than Dream

Dua hari kemarin adalah hari hari tergalau di dunia.
Dua orang lainnya yang ikut program GKS sama kayak saya, udah dapat pengumuman dari Chung Ang University. Sementara saya, belum dapat kejelasan apa-apa dari program GKS yang saya ikuti. 

Sedih iya, kesal iya, deg-degan iya, takut apalagi. Semua perasaan nggak enak itu campur aduk jadi satu. Ujung-ujungnya saya cuma bisa nangis, dan nyusahin ibu yang berusaha buat nenangin saya. 

Jujur, saya takut banget nggak keterima. Rasanya sakit banget kan, kalau mimpi itu udah dekat banget - kayak gajah di pelupuk mata dalam peribahasa, tapi mimpi itu tiba-tiba ngilang kayak Genie in the Bottle. Tinggal "Ting!" Dan saya takut banget, takut banget. Saya sudah cukup berusaha, dan saya masih sedang berdoa...

Karena entah sejak kapan, mimpi ke Korea ini bukan cuma jadi mimpi saya sendiri lagi. Ada harapan-harapan orang tua saya disana. Ada juga teladan yang pengen saya tunjukkin ke adik-adik saya. Ada kebanggaan yang pengen saya berikan sama orang tua saya, saya pengen banget ngasih bukti otentik sama dunia, kalau orang tua saya adalah orang tua hebat yang udah berhasil mendidik saya, meskipun kata 'berhasil' kelihatannya masih terlalu cepat. Dan entah sejak kapan, harapan dan keinginan itu menumpuk jadi sebesar ini sampai bikin saya ketakutan sendiri - gimana kalau nggak kesampaian?

Audi (kiri) - Kia (kanan)


Rasanya konyol banget kalau hal yang pertama kali melandasi saya pengen ke Korea adalah pengen ketemu Kyuhyun dan kawan-kawannya. Saya nggak pernah menyangka bakal menganggap 'kecil' pikiran untuk ketemu Kyuhyun atau idola-idola saya disana. Kalau saya mau ketemu Kyuhyun, ya dateng aja ke Super Show. Tapi membanggakan dan memuliakan keluarga itu yang nggak semudah bayar tiket paling mahal di Super Show, duduk paling depan. Sama sekali nggak semudah itu. 

Saya beruntung banget punya ayah dan ibu yang sangat mengerti. Waktu saya lagi ngerasa down dan takut banget, ayah dan ibu tetap support. Memasuki minggu keempat, kegalauan saya mencapai titik masimal. Semakin lama pengumumannya, saya semakin pesimis.. sampai pikiran-pikiran itu malah bikin saya jadi down sendiri.



Ngajak saya jalan-jalan, meskipun itu cuma beli martabak manis dan dvd bajakan. Sambil pelan-pelan ngajak saya bicara. Besoknya, ayah ngajak jalan lagi ke botani dan beli makanan di tempat yang cukup wah daripada biasanya. Sementara ibu, yang biasanya paling selektif kalau masalah pengluaran uang - terutama buat beli novel-novel remaja - dengan mudahnya ngeluarin uang ngebeliin saya buku-buku itu - satu novel dan satu buku belajar bahasa jepang. 

Terus ibu bilang satu hal, yang bikin saya super tersentuh.

"Biar adis seneng..."

Terus kita makan, cerita ini itu. Tentang pengalaman hidup, tentang cerita lucu... semuanya lengkap. Kita berlima, sekeluarga. Ayah bilang, ngerasa kecewa itu wajar. Tapi merasa kecewa, bukan cuma saya yang pernah ngalaminnya. Semua orang pernah ngerasa kecewa. Mulai dari yang kadar kecewanya masih 'amatiran' maupun sampai yang ekstrim banget. Tapi, sekecewa-kecewanya orang, yang paling rugi adalah orang yang nggak bisa ambil hikmah dari kekecewaan itu. Karena rasa kecewa itu ada, untuk bikin kita jadi lebih dewasa.

Acara makan sore itu pun ditutup dengan doa bareng-bareng. Semoga saya jadi pergi ke Korea. Semoga bisnis ayah lancar. Semoga pekerjaan ibu lancar (plus supaya ibu nggak cerewet lagi), semoga Kia dan Audi diluluskan dan berhasil meneruskan sekolah ke sekolah yang dicita-citakan... 

Hari itu, hati saya jadi tenang.  Pengumumannya belum keluar, tapi sekarang saya lebih siap dengan apapun keputusannya. Allah pasti punya rencana yang jauh jauh jauh dan jaaaaaauuuuuhhhhh lebih baik if this time He said no (meskipun sekarang saya masih berharap He will said yes :p) 

Korea memang masih jadi mimpi saya. Saya punya sesuatu yang lebih besar daripada mimpi. Saya punya keluarga, yang selalu ada dibelakang saya, mendukung mimpi-mimpi saya, berjalan bersama saya untuk jadi sesuatu yang besar itu. Semua orang punya mimpi, tapi nggak semua orang punya keluarga seperti yang saya punya kan?



Beruntung ya, saya?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar