Rabu, 27 Februari 2013

Believing Dreams

Rasanya masih nggak percaya.

Udah mau tengah malam sih, tapi katakanlah hari ini masih H-2.

Saya masih inget banget betapa pengennya saya buat go abroad since I was very young kid. 
Jadi dulu, setiap weekend ayah saya nyetel lagu-lagu bahasa Inggris jadul macam Nothing Gonna Change My Love for You atau First of May bajakan di VCD. Waktu itu, saya belum masuk sekolah. Bisa baca aja belum. Tapi gara-gara ayah saya keseringan muter lagu-lagu itu, saya jadi hafal tanpa harus baca. Saya inget banget gimana saya nanya ke ayah "Yah, Oughta itu artinya apa sih?" juga betapa ribetnya saya mengucapkan kata 'Round' atau 'Old' di lagu Lemon Tree. Karena VCD nya bajakan, jadilah video yang ditayangkan pas lagu-lagu itu mengalun cuma cewek-cewek bule yang haha-hihi nggak jelas sendiri sambil jalan-jalan nunjukkin betapa indahnya dunia tempat dia tinggal. Saya liat kanal-kanal dengan air mengalir yang jernih banget, dibentengin sama padang rumput yang bagus.... 

"Dis, kalau ke luar negeri, pemandangannya bagus kayak gitu lho." kata ayah saya waktu itu. Terkesima dengan pemandangan yang saya lihat di vcd-vcd bajakan itu, saya bertekad dalam hati, kalau suatu saat, saya harus bisa keluar negeri. Meskipun ayah saya bilang, kalau mau keluar negeri saya harus pinter bahasa Inggris. Dan dengan percaya dirinya, waktu itu saya nganggep bahasa Inggris bukan masalah. 

Saya selalu nyari cara untuk bisa keluar negeri. Dengan gratis, tentunya. Karena orang tua saya nggak punya uang 'sebanyak' itu untuk ngebiayain keinginan saya itu. Cuma ya itu, persiapannya masing mengawang karena saya nggak punya any relatives yang bisa ngasih tau saya dengan jelas "Gini lho caranya kalau mau keluar negeri..."

Tapi berawal dari kenggaktahuan itulah saya mencoba ngeraba-raba sendiri. Nyari tau sendiri apa yang bisa ngirim saya keluar negeri secara gratis. Singkat cerita, kesempatan itu ternyata banyak saya dapatkan di masa kuliah. Saya ketemu sama banyak orang hebat, yang pengalamannya bisa saya jadiin teladan atau tempat saya tanya-tanya. Terus kebetulan, waktu semester empat kemaren saya diberikan kesempatan buat magang di International Office nya Undip. Saya pikir ini peluang yang bagus banget. Karena IO itu kan istilahnya gerbang keluar masuknya informasi mengenai kesempatan keluar negeri. Apalagi, waktu daftar juga dicantumkan ada keistimewaan buat mahasiswa magang untuk berpartisipasi di kegiatan-kegiatannya IO. Benar-benar kesempatan emas kan? Nggak pikir panjang, saya langsung daftar dan akhirnya keterima.

Banyak yang saya dapatkan disana. Terutama, lingkungan IO yang kompetitif yang selalu saya butuhin. Orang-orangnya kompetitif semua, hebat-hebat. Kayaknya cuma saya aja yang nggak hebat. Hehe. Saya jadi tau peluang-peluang ke luar negeri, atau bahkan jadi tau (dan ngefans) sama AKB48 dan JKT48. Terus saya ikutan ini itu yang kira-kira bisa jadi poin lebih saya kalau saya daftar ke program keluar negeri. Jujur, saat itu saya minder karena saya ngerasa belum pernah mendapatkan achievement (yang konkrit) yang benar-benar besar. 

Saya melakukan begitu banyak persiapan. Mulai dari yang realistis sampe yang bener-bener konyol. Empat tahun yang lalu, saya beli ankle boots yang gak pernah saya pake sampe ibu saya nanya "Buat apa dibeli kalau nggak dipake?" terus saya bilang "Buat persiapan keluar negeri". Terus tiga tahun yang lalu saya beli leg warmer karena terpesona sama toko kaos kaki eksklusif yang baru ada di kota saya. Lagi-lagi ibu saya tanya "Buat apa dibeli kalau nggak dipake?" dan jawaban saya juga tetap sama, "Buat persiapan keluar negeri". Dan sekitar dua tahun yang lalu, saya beli topi winter yang lucu banget, punyanya Afika aja kayaknya kalah deh, terus ibu saya langsung nyeletuk "Itu buat persiapan keluar negeri ya?" dan saya cuma bisa nyengir-nyengir. 

Padahal waktu itu, saya belum tau kapan saya bakal berangkat keluar negerinya..

Akhirnya, kesempatan itu datang juga. Setelah... berapa tahun ya? Saya pengen keluar negeri itung aja dari waktu saya TK yang artinya itu 15 tahun yang lalu. Butuh waktu 15 tahun sampai akhirnya mimpi ini insya Allah tercapai, dalam dua hari. 

Singkat cerita, jadi waktu itu KNU pernah menawarkan program kerjasama sama Undip tentang student exchange. Tapi sayangnya, program ini berbayar karena beasiswanya cuma setengah (cuma tuition). Akhirnya, karena kepengen banget, saya coba nge-email KNU nya langsung dan nanya karena dua tahun sebelumnya, teman saya bisa masuk program ini secara gratis. Entah kenapa tahun lalu dan tahun ini nggak ada. Setelah nunggu beberapa hari, akhirnya dari KNU nya ngebales, katanya kalau saya ga dapet beasiswa K-PIES, berarti saya harus bayar living costnya. Pupus lah harapan saya waktu itu. Tapi terus, saya coba tanya sama PR IV alias Pembantu Rektor bagian Kerja sama, tapi ... yah, bisa dibilang responnya nggak begitu baik karena saya waktu itu belum punya TOEFL dan apa apa terus dianggap 'lancang' karena langsung nanya ke PR IV dan ngga ikut prosedur. Menurut PRIV, saya harusnya diseleksi dulu, nggak bisa langsung mengajukan. Disinilah saya tahu kalau ada miss-komunikasi antara saya sama PR IV. Saya waktu itu bukan ngajuin diri langsung, tapi cuma mau tanya-tanya aja tentang proses kerjasama antar universitas.  Akhirnya, dosen saya di IO lah yang kena marah sama bu PR IV ini. Saya kan jadi ga enak, udah minta maaf juga tetep aja.Tapi ya udahlah yah...

Nah tapi tiba-tiba, selesai UAS, saya kan jarang dateng ke IO. di twitter saya liat ada pengumuman beasiswa KNU ini, Saya langsung sms staff IO nya buat tanya, tawaran KNU ini gratis apa nggak. Ternyata gratis! Langsung lah saya buru-buru cabut ke IO, liat persyaratannya apa aja engingat deadline nya nggak lebih dari satu minggu. Ternyata semuanya bisa saya siapin dengan cepat kecuali TOEFL dan paspor. Saya langsung arrange appointment untuk tes TOEFL di lembaga pendidikan bahasa Inggris yang bisa ngasih TOEFL prediction dengan cepat. Dan saya juga ngerepotin orang rumah dengan maksa ngirimin dokumen pembuatan paspor cepet-cepet padahal itu udah malam...

Akhirnya semua persyaratan bisa saya penuhin kecuali paspor. Tapi saya lulus seleksi berkas, untuk maju ke seleksi wawancara. Saya pikir yang ngewawancara orang yang saya kenal di IO tapi ternyata bukan. Waktu itu, sehari sebelum wawancara, saya dengar kabar kalau yang lolos wawancara itu hebat-hebat. Ada yang anak LIMUN (London International Model United Nation), terus ada Youth Peace Ambassador of Danone UNESCO pula, gimana saya nggak minder. Tapi saya pikir nggak ada gunanya mikirin saingan saya, yang penting, saya harus berusaha sebaik mungkin! Waktu itu, meskipun lagi mati lampu, saya tetep latihan wawancara, mengira-ngira pertanyaan apa yang bakal keluar sampe akhirnya ketiduran. 

Pas wawancara, saya pake baju formal (maksudnya nggak nyantai 'banget') sendiri sampe ngerasa salah kostum. Kandidat yang lain palingan pake kemeja rapi gitu, tapi saya pake kemeja putih, rok item sama sepatu flat mirip orang mau daftar jadi sekretaris. Ya... saya jaga-jaga aja, in case yang ngewawancara orang yang profesional kan... 

Wawancaranya lancar, saya ngejawab sejujurnya, dan seantusias mungkin. Soalnya kata temen saya, antusiasme orang itu bisa liat dari matanya. Dan alhamdulilah, saya lolos! Saya langsung sujud sukur, dan nggak percaya. Masa sih, dari 7 orang yang hebat itu, saya yang kepilih? Tapi begitulah, setelah nunggu sebulan, dan sumpah itu waktu nunggu yang bener-bener nggak enak! Email dari KNU itupun datang... semuanya senang :D

Terlalu cepat kalau orang-orang bilang pengen kayak saya. Jujur saya malu banget kalau ada yang bilang kayak gitu. Saya masih kecil... pengalaman dan pengetahuan saya belum ada apa-apanya. Kadang malah saya suka minder, kalau saya ngasih tau 'trik-trik' saya, nanti saya yang kalah. Hehehe. Tapi kalau untuk berbagi, bolehlah saya share tentang hal yang baru saya sadari belakangan ini. Apapun keinginan kita, kunci mewujudkannya sebenarnya ada di diri kita sendiri. Cuma kadang kitanya aja yang suka nggak sadar dan memandang rendah diri kita sendiri, mikir pesimis. Mungkin terlalu banyak mikir kali ya, tapi kalau kebanyakan mikir nanti jatohnya jadi pesimis (kayak saya...) Yah, pertimbangan itu perlu. Tapi jangan kepanjangan hehe. 

"Time, Hardwork and Sweats will never betray someone" saya percaya banget kata-katanya Park Jungsoo alias Leeteuk Super Junior ini. Dan juga, yang paling penting, jangan lupa berdoa. Percaya deh, Yang Maha Kuasa pasti akan mengabulkan doa kita, dengan jalan yang paling baik menurutNya. 

Just as trivias. Kita emang nggak pernah tahu gimana cara Sang Pencipta mengatur semuanya. Dalam kasus saya, setelah keterima, saya baru tahu kalau ternyata, dari email saya yang dulu itu, pihak KNU ternyata menindaklanjuti supaya applicant kayak saya bisa belajar gratis di KNU, dengan beasiswa GKS. Ajaib kan? Siapa yang nyangka coba dari email itu....

Terus waktu tes wawancara, saya kan pengen tahu apa yang jadi poin lebih saya dibanding peserta yang lainnya. Padahal peserta yang lain semua udah punya paspor yang notabene sudah pernah punya prestasi keluar negeri atau minimal akan ke luar negeri. Tapi ternyata poin yang jadi kelebihan saya salah satunya adalah minimnya pengalaman saya keluar negeri. Jadi pewawancaranya mau ngebagi kesempatan secara adil gitu.... Siapa yang sangka coba? hehehe

Itu deh cerita pengalaman saya di H-1 (Ditulisnya sih dari H-2) keberangkatan saya. Wish me had a safe and nice flight! 

I'm coming, South Korea!!!

Senin, 11 Februari 2013

Bigger than Dream

Dua hari kemarin adalah hari hari tergalau di dunia.
Dua orang lainnya yang ikut program GKS sama kayak saya, udah dapat pengumuman dari Chung Ang University. Sementara saya, belum dapat kejelasan apa-apa dari program GKS yang saya ikuti. 

Sedih iya, kesal iya, deg-degan iya, takut apalagi. Semua perasaan nggak enak itu campur aduk jadi satu. Ujung-ujungnya saya cuma bisa nangis, dan nyusahin ibu yang berusaha buat nenangin saya. 

Jujur, saya takut banget nggak keterima. Rasanya sakit banget kan, kalau mimpi itu udah dekat banget - kayak gajah di pelupuk mata dalam peribahasa, tapi mimpi itu tiba-tiba ngilang kayak Genie in the Bottle. Tinggal "Ting!" Dan saya takut banget, takut banget. Saya sudah cukup berusaha, dan saya masih sedang berdoa...

Karena entah sejak kapan, mimpi ke Korea ini bukan cuma jadi mimpi saya sendiri lagi. Ada harapan-harapan orang tua saya disana. Ada juga teladan yang pengen saya tunjukkin ke adik-adik saya. Ada kebanggaan yang pengen saya berikan sama orang tua saya, saya pengen banget ngasih bukti otentik sama dunia, kalau orang tua saya adalah orang tua hebat yang udah berhasil mendidik saya, meskipun kata 'berhasil' kelihatannya masih terlalu cepat. Dan entah sejak kapan, harapan dan keinginan itu menumpuk jadi sebesar ini sampai bikin saya ketakutan sendiri - gimana kalau nggak kesampaian?

Audi (kiri) - Kia (kanan)


Rasanya konyol banget kalau hal yang pertama kali melandasi saya pengen ke Korea adalah pengen ketemu Kyuhyun dan kawan-kawannya. Saya nggak pernah menyangka bakal menganggap 'kecil' pikiran untuk ketemu Kyuhyun atau idola-idola saya disana. Kalau saya mau ketemu Kyuhyun, ya dateng aja ke Super Show. Tapi membanggakan dan memuliakan keluarga itu yang nggak semudah bayar tiket paling mahal di Super Show, duduk paling depan. Sama sekali nggak semudah itu. 

Saya beruntung banget punya ayah dan ibu yang sangat mengerti. Waktu saya lagi ngerasa down dan takut banget, ayah dan ibu tetap support. Memasuki minggu keempat, kegalauan saya mencapai titik masimal. Semakin lama pengumumannya, saya semakin pesimis.. sampai pikiran-pikiran itu malah bikin saya jadi down sendiri.



Ngajak saya jalan-jalan, meskipun itu cuma beli martabak manis dan dvd bajakan. Sambil pelan-pelan ngajak saya bicara. Besoknya, ayah ngajak jalan lagi ke botani dan beli makanan di tempat yang cukup wah daripada biasanya. Sementara ibu, yang biasanya paling selektif kalau masalah pengluaran uang - terutama buat beli novel-novel remaja - dengan mudahnya ngeluarin uang ngebeliin saya buku-buku itu - satu novel dan satu buku belajar bahasa jepang. 

Terus ibu bilang satu hal, yang bikin saya super tersentuh.

"Biar adis seneng..."

Terus kita makan, cerita ini itu. Tentang pengalaman hidup, tentang cerita lucu... semuanya lengkap. Kita berlima, sekeluarga. Ayah bilang, ngerasa kecewa itu wajar. Tapi merasa kecewa, bukan cuma saya yang pernah ngalaminnya. Semua orang pernah ngerasa kecewa. Mulai dari yang kadar kecewanya masih 'amatiran' maupun sampai yang ekstrim banget. Tapi, sekecewa-kecewanya orang, yang paling rugi adalah orang yang nggak bisa ambil hikmah dari kekecewaan itu. Karena rasa kecewa itu ada, untuk bikin kita jadi lebih dewasa.

Acara makan sore itu pun ditutup dengan doa bareng-bareng. Semoga saya jadi pergi ke Korea. Semoga bisnis ayah lancar. Semoga pekerjaan ibu lancar (plus supaya ibu nggak cerewet lagi), semoga Kia dan Audi diluluskan dan berhasil meneruskan sekolah ke sekolah yang dicita-citakan... 

Hari itu, hati saya jadi tenang.  Pengumumannya belum keluar, tapi sekarang saya lebih siap dengan apapun keputusannya. Allah pasti punya rencana yang jauh jauh jauh dan jaaaaaauuuuuhhhhh lebih baik if this time He said no (meskipun sekarang saya masih berharap He will said yes :p) 

Korea memang masih jadi mimpi saya. Saya punya sesuatu yang lebih besar daripada mimpi. Saya punya keluarga, yang selalu ada dibelakang saya, mendukung mimpi-mimpi saya, berjalan bersama saya untuk jadi sesuatu yang besar itu. Semua orang punya mimpi, tapi nggak semua orang punya keluarga seperti yang saya punya kan?



Beruntung ya, saya?



First Surprise of 2013

I have posted about belated new year, haven't I ?

So, here's the following stories.

Jadi, hal pertama yang paling ngagetin di tahun 2013 ini adalah, Undip tiba-tiba dikasih undangan untuk ikut program GKS alias Global Korea Scholarship di Kangwon National University, Korea Selatan. Ya maksudnya sih bukan Undip yang kaget, tapi saya. Waktu itu UAS baru aja selesai. Lagi ngadem nyantai-nyantai di kosan sambil twitteran tiba-tiba liat timeline kok ada yang nyebarin tentang beasiswa full dari KNU ini... 

Kangwon National University


Alhasil, saya buru buru bangun dan sms ke orang International Office. Selaku mahasiswa magang disana, ngerasa gagal aja bisa ketinggalan informasi sepenting ini. Buru-buru saya kesana dan tanya persyaratannya apa aja. Hari itu juga, saya ngebut bikin study plan dan segala macem yang diperluin. Apalagi, deadline nya juga nggak sampai seminggu. Mana persiapan yang saya belum punya banyak banget. Kalau transkrip nilai, study plan, CV, medical assessment sih bisa dikebut. Tapi kalau recommendation letter, TOEFL score sa
ma passpor....

Ya tapi kalau direnungi aja, itu persyaratan nggak bakal selesai dong. Setelah buntu bikin study plan (yang akhirnya saya lanjutin malamnya) saya kebut bikin recommendation letter aja, minta tanda tangan sana sini. Isna juga nggak kalah rushing nya sama saya. Dia ngurus transkrip ke kampus sementara saya masih bikin study plan dan kawan-kawannya...

Alhamdulilah nya, jalan saya dimudahin. Berkas-berkas berhasil dikumpul tepat waktu. Isna juga. Terus dari 24 orang pelamar, dipilih 8 orang yang maju untuk wawancara. Awalnya, saya prediksi yang ngewawancara itu mas Rohman atau pak Jati. Tapi buat jaga-jaga, saya latihan wawancara dulu di kosan. Ternyata bener, yang ngewawancara itu bukan mas Rohman nor pak Jati.. 

Wawancaranya berlangsung lancar, meski saya pasrah aja sama hasilnya. Di luat gedung waktu itu hujan deras, jadi saya sama Isna masih nunggu di dalem student lounge. Tapi tiba-tiba pak Jati dateng dan bilang ke saya buat cepet-cepet ngurus passpor. Waktu itu perasaan saya campur aduk banget. Kegeeran iya, tapi berusaha buat nggak geer juga. Apalagi waktu itu ada Isna dan saya ngerasa nggak enak ...

Besoknya, kejutan lagi, bangun tidur tiba-tiba ada sms masuk. Dari Mbak Puti.

 "Udah liat pengumuman?"

Buru-buru saya buka website IO dari handphone. Dan refleks sujud syukur waktu liat nama saya ada disana. Alhamdulillah!!!




Padahal waktu itu udah pasrah banget. Karena tujuh kandidat lain pengalamannya udah oke oke banget. Rata-rata udah pada pernah keluar negeri. Kecuali saya. Tapi pas liat berkas, ternyata itu yang diliat sama yang wawancaranya. Selain english fluency poin lainnya adalah, karena saya belum pernah keluar negeri. 

Subhanallah. Allah itu Maha Adil ya ? 
Disaat poin itu yang paling saya takutin, ternyata itu poin yang jadi kekuatan saya... 

Status saya sekarang masih 'yang direkomendasikan' dari Undip. Dan masih harus nunggu apa GKS nya nerima saya atau nggak. Rasanya kayak mimpi yang udah digantung 5cm di depan mata. Sekarang udah masuk minggu keempat, harusnya sih udah keluar hasilnya. Tapi entah kenapa KNU belum ngeluarin pengumumannya. Mungkin karena kepotong hari libur Seollal atau.... belum tau deh. Mudah-mudahan aja ini artinya saya masih diberikan kesempatan buat berharap dan berdoa.

Saya memang pengen banget beasiswa ini. Tapi, saya lebih pengen, apapun hasilnya nanti, saya bisa nerima dengan lapang dan melakukan yang sebaik- baiknya.

Hwaiting!!!