Ayah saya adalah seorang penggemar the Beatles. Die hard fans, istilahnya. Entah ada
berapa puluh kaset yang berjejer rapi tanpa debu di rumah kami. Awalnya saya
sempat heran kenapa ayah mau beli kaset yang sebegitu banyak. Bukan karena
menurut ibu beli kaset itu buang-buang uang (dan tempat, because she had more plates to put!) tapi pada saat itu, tidak ada
radio, tape atau barang-barang
sejenis buat memutar kaset di rumah. Buat pajangan, barangkali?
“Namanya juga ngefans.”
Butuh waktu sampai saya sedikit lebih besar sampai saya
mengerti kalimat ini. Ngefans. Case
closed.